Senggono Bayu Aji

Suatu hari, di tanggal 3 Juli 1972, di kota Semarang, telah lahirlah sebuah legenda. Di hari itu, dunia mencatat kehadiran seorang bayi mungil dengan berat 4,5 kg (=???, mungil kok 4,5 kg, gille beneerrr...), yang kemudian dikenal sebagai seorang Senggono. Bernama lengkap Senggono Bayu Aji, yang kemudian melanglang buana mengukir sejarah hingga akhirnya dia nangkring di pucuk pimpinan Geologi 92 (oh iya.. Senggono = Hanoman, Bayu = angin, Aji = berharga, berarti "anginnya Hanoman", he..he..).

Sang kepala suku ini, sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab berat yang diembannya, membutuhkan makanan berkualitas prima sebagai makanan favoritnya. Seleranya juga diakui temen-temennya bercita rasa tinggi, terbukti dengan pilihannya terhadap Ir. Dwikorita Karnawati MSc., PhD., (yang biasa dipanggil akrab Jeng Rita oleh yang bersangkutan..) sebagai dosen favorit sekaligus dosen pembimbing skripsi. Melengkapi segala keanehan yang dia miliki, sang kepala suku juga punya hobbie unik : makan, olahraga, dan konsultasi, dimana menurut pengakuannya dia bisa melakukan ketiga-tiganya sekaligus (???...).

Pengalamannya yang menyenangkan selama kuliah adalah waktu berkumpul dengan angkatan 92. Entah itu kegiatan intern 92 maupun extern yang melibatkan sebagian besar rekan 92, contoh : Geowisata, Dies, PorGeo, PGL. Tapi pengalaman yang paling mengesankan menurutnya adalah selama jadi bimbingan mBak Rita, terutama waktu konsultasi.

Pesan-pesannya yang kita semua harus dengarkan : agar semua eksponen 92 selalu kompak dan senantiasa saling membantu.