Totok Supriantoro

Aslinya sih bernama Totok Supriantoro, tapi pasti noleh kalo dipanggil Toto. Kalo di rumah biasa dipanggil Supri.

Terperangkap di Geologi dengan nomer 92/87530/TK/18113. Lahir dengan damai di Klaten, 19 Agustus 1973, dan ada tempat mampir bagi temen-temen kalo pengen nyari aku di Warurangkang, Sapen, Manisrenggo, Klaten. Kalo udah nyampe sana, nggak usah repot-repot nyari nomer rumahnya, cukup bertanya dengan salah seorang penduduk : "mBak.. rumahnya Supri yang Geologi UGM dimana ya...?!" (lebih baik nanyanya ke cewek-cewek, mereka pasti ngerti...).

Pengalaman hidup di Geologi banyak sih ! Ada yang susah, ada juga yang menyenangkan, tapi ada juga yang membuat geli (memangnya kamu diapain kok bisa sampe geli ?).
Pengalaman yang menyenangkan : kisah ini terjadi pada waktu pemetaan di daerah Gunungkidul (basecamp-ku di rumahnya Heru lho...), terutama pada waktu mandi di daerah terbuka.. wah, bisa lihat kanan kiri, depan belakang, atas bawah, (kalo ini sih tandanya 'mata terlatih', he..he..), banyak melihat singkapan-singkapan yang begitu mulus dan tidak sulit dideskripsi, terutama mengenai bentuknya, warnanya (putih, kuning, atau hitam), serta tanda-tanda khusus (seperti tahi lalat, panu, tattoo, kumis, brengos... lho.. ini ngintip di kali apa ngintip di penjara sih...), dan lain-lain dalam aktifitas cuci mata harianku. Tapi kalo ketahuan pas ngintip, malu juga.. maklum di kampus nggak ada cewek sih...

Pengalaman yang menggelikan : pernah juga sih pada waktu pemetaan saya dikira orang gila ataupun dikira tukang listrik. Untung nggak ada yang mengira saya sedang pemetaan, sebab berarti tebakannya benar dong (lho.. maksudnya apa sih.. emangnya saat itu kamu lagi ngapain Tok?.. pemetaan atau 'pemetaan' ?..). Pasalnya begini, pada waktu pemetaan kan kita mesti bawa lup yang dikalungkan, bawa palu dan kompas disamping alat-alat lainnya (pokoknya komplit wagunya..) yang jarang dibawa oleh orang-orang yang melakukan penelitian.

Pengalaman yang paling mengesankan : ini terjadi pada saat dilaksanakan PGL Kulonprogo. Kan saya kebagian sebagai Pemandu Regu (lintas alam hari-3). Salah satu anggota cewek nggak kuat (padahal saya 'belum apa-apa' lho waktu itu...), wah.. terpaksa saya harus menggendongnya (ini sih namanya bukan terpaksa.. emang dari tadi nunggu kesempatan dalam kesempitan kayak gini... he..he..), padahal saya paling takut dengan perempuan (cihuyy.. kabar gembira buat Pambudi !), dan akhirnya dengan perasaan nggak karuan, dan keringan dingin bercucuran, kugandeng juga dia... (baru nggandeng aja keringat udah bercucuran, apalagi...).

Ada satu kesan pada angkatan kita yaitu walaupun kita mungkin berada di tengah-tengah semangat persaingan yang egoisme dan lebih senang glamour, namun masih ada yang mau memperhatikan orang-orang kecil yang mungkin tersisih dari persaingan itu (walaupun tidak seluruhnya..). Saya salut dengan angkatan kita, kita emang kompak dalam melaksanakan tugas angkatan, namun sayangnya kita tidak mau memperhatikan hal-hal kecil yang justru melemahkan kesolidan angkatan kita, kita terlalu memperhatikan kepentingan umum (angkatan) kita namun kita tidak atau kurang mau memperhatikan kepentingan salah satu atau beberapa anggota angkatan yang sangat memerlukan perhatian kita dan perlu kita perjuangkan bersama. Melihat kenyataan itu, maka saya mengharapkan, alangkah lebih baiknya kita jika memperhatikan hal-hal yang besar sifatnya dari hal-hal yang kecil. Karena kita tahu uang seribu rupiah tanpa uang lima rupiah tak akan ada artinya, mesin tanpa bahan bakar tak akan jalan, dan masih banyak lagi... (seperti TV tanpa iuran, Maradona tanpa bola, dan Totok tanpa rambut keritingnya...).

Cita-cita dan harapan hidup ingin hidup bahagia dunia akhirat (hidup kaya, punya pacar cakep, masuk surga).

Temen yang paling banyak memperhatikan orang kecil tapi gugupan adalah Sinung, paling saru Wowok, paling banyak konyol dan tawanya Tatok.

Dosenku yang paling menyeramkan Pak Bagyo, paling mengesankan stress-nya Pak Budi.

Makanan favorit mie ayam + sate + ikan asin (gurih...).